Jumat, 23 Juni 2017

5 Jenis Makmum Taraweh Perempuan di Masjid Komplek

Sooo, kali ini saya mau ngebahas tentang beberapa jenis jamaah perempuan yang sering saya temui di masjid tempat saya sering ngeceng shalat taraweh.

Letak masjidnya itu di dalem komplek perumahan padat penduduk. Jadi, isinya ya kebanyakan warga komplek perumahan tersebut ditambah beberapa penduduk asli sekitar.

Masjid ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama dikhususkan untuk para pria dan area kecil untuk ibu-ibu yang tidak kuat untuk menggunakan lantai dua sebagai area shalat utama bagi wanita.

Saya sendiri lebih sering memilih shalat di lantai dua, soalnya karpetnya lebih tebel dan ada AC, pokoknya kalau itikaf di sana dijamin enak….Tidurnya T^T

Setelah beberapa kali shalat taraweh di masjid yang satu itu, secara garis besar saya bisa membagi beberapa macam jamaah perempuan yang datang, dan mungkin hasil pantauan ini tidak jauh berbeda dengan masjid tempat teman-teman muslim yang shalat taraweh.



1. Nini-nini 'galak'
Alias nenek-nenek. Umurnya mungkin di atas 60 tahun-an. Kebanyakan dari para nenek ini bakal shalat bareng temen se-geng-nya. Di sela-sela istirahat antara shalat Isya ke shalat taraweh, terkadang mereka mengaji, tapi tak jarang mengobrol dengan teman-teman seusianya mengenai kesuksesan anak atau cucu masing-masing.

"Anak saya masuk Pertamina. Cucu saya masuk sekolah unggulan. Keponakan saya masuk lambe turah…."

Nenek-nenek ini juga bisa dikatakan sebagai kelompok yang suka mendisiplinkan para makmum yang masih pada piyik dan suka berisik. Teman saya juga pernah kena semprot karena ketauan tidur di pojokan padahal yang lainnya lagi taraweh.

Mukena yang dipakai pun biasanya sederhana namun nyaman. Atasannya mukena warna putih yang terkadang warnanya sedikit menguning, menunjukan bahwa mereka sudah memiliki mukena itu sejak lama dan bawahannya merupakan sarung yang ukurannya tentu bisa disesuaikan.

Menurut salah satu nenek yang saya temui, beliau menggunakan sarung, karena tingkat kekencangan sarung itu bisa mereka sesuaikan dengan keinginan mereka, kalau mau shalat dzuhur, ikatannya agak kencang, soalnya belum makan seharian. Kalau mau shalat isya, ikatan sarungnya dilonggarkan, karena beugah abis buka puasa pake semangkok sop buntut plus nasi dua piring.

Tapi yah, nini-nini adalah golongan yang paling bikin saya keki. Sebagai jamaah yang kalau mau shalat taraweh suka nanya, "di sini imamnya abis Al-Fatihah suka baca surat yang pendek-pendek kagak sob?" Melihat kekuatan nenek untuk tetap berdiri walaupun sang imam suka baca surat yang panjang, tentu saja saya malu. Uuurgh, mereka sudah setua itu aja masih kuat ngejalanin yang sunnah, lah saya yang masih belia, cantik tiada tara ini apa kabarnya???


2. Ibu-ibu bawa anak
Ini adalah geng para mahmud a.k.a mamah muda. Umur mereka sekitar 30 tahun-an. Jenis mukena yang dipakai biasanya yang kekinian, motifnya garis-garis dan bunga berwarna pastel sering sekali saya lihat dipakai oleh mereka dan tak jarang di-matching-in sama anaknya. Mereka suka membawa anak-anak mereka untuk ikut shalat taraweh juga. Ini merupakan ide yang bagus untuk memperkenalkan agama kepada adik-adik tercinta.

Tapi kalau anaknya masih balita, bisa menjadi tantangan tersendiri. Kalau anaknya udah bisa 'dilepas' sih enak ya, nah kalau masih batita terkadang malah mengganggu ke-khusyu-an shalat si ibu dan jamaah lainnya. Apalagi kalau batitanya lagi nangis atau buang hajat, waaaah~

Di lain sisi, saya salut sama niat para ibu balita yang ingin memberikan nuansa islami kepada anaknya semenjak dini, tapi di lain sisi, saya yakin kalau pahala yang diterima oleh si ibu batita ini akan sama (atau mungkin lebih besar, karena selain dapet pahala shalat taraweh, mereka juga dapet pahala mengurus anaknya? Please, CMIIW) kalau dia shalat tarawehnya di rumah sembari memperhatikan kebutuhan anaknya yang masih batita tersebut.


3. The M Generation
Selamat datang generasi M, yang bisa diartikan sebagai 'milenial' sekaligus 'muslimah'. Umur mereka di bawah 20 tahun. Jenis mukena yang dipakai tentu saja yang bermotif tabrak namun tetap fashionable dan nyaman. Biasanya datang ke masjid bersama satu atau dua temannya.

Perlengkapan yang dibawa selain mukena yang biasanya sudah menempel di badan tentu saja handphone fully charged. Kalau ditanya kenapa ke masjid tapi kok bawa hape, alesannya sih buat ngaji di aplikasi Al-Quran yang udah di-install di hape mereka, namun pada kenyataannya hape tersebut lebih sering digunakan buat selfie terus di upload ke akun socmed masing-masing, tentu saja dengan caption yang biasanya dicomot dari tulisan-tulisannya Tere Liye.


4. Dedek-dedek SD
Di antara kelompok lainnya, saya paling sering ngikik sama kelompok dedek-dedek yang rata-rata umurnya di bawah 12 tahun ini. Motif mukena yang dipakai oleh mereka sungguh beragam, dari flowery, stripes, polkadot, frozen, boboboi, upin-ipin, dan berbagai motif lainnya, asal jangan sampe mereka pake mukena motif pembunuhan yah~

Saya pernah shalat tepat bersebelahan dengan dua orang dedek-dedek ini.. Kebetulan setelah membaca Al-Fatihah, si imam membaca surat yang agak panjang. Si dedek A pun mengeluh, "iiiiih pegel ya?" dan dedek B pun mengangguk, terus mereka langsung duduk, padahal imamnya belum selesai baca suratnya.

Karena sudah pengalaman dari shalat taraweh sebelumnya, di dua rakaat taraweh berikutnya, si dedek A dan dedek B ini, baru mau mengikuti shalat taraweh, ketika imamnya baru mau rukuk, jadi mereka nggak perlu berdiri terlalu lama, uuuuurgh adik-adik-ku yang cerdas!

Dan tentu saja tidak mau ketinggalan zaman, mereka suka membawa fidget spinner ke masjid. Pas saya tanya, kenapa bawa mainan itu pas lagi shalat, mereka pun menjawab, "kita sih dzikirnya pake spinner Teh…" Waaaaah, subhanallah sekali~


5. Balita and the genkz
Golongan yang ingin saya bahas kali ini adalah golongan adik balita yang biasanya kalaupun udah masuk sekolah, paling tinggi, mungkin level TK atau PAUD. Mungkin umurnya antara tiga sampai tujuh tahun.

Mereka sering dibawa oleh ibu mereka ke masjid dengan alasan utama ingin memperkenalkan agama sejak dini dan di rumah dia sendirian nggak ada yang jada, di alasan berikutnya.

Rata-rata lamanya shalat taraweh di masjid saya itu sekitar 45-60 menit, tentu saja terkadang bisa jadi membosankan bagi golongan ini. Ada yang ikutan shalat semampunya, tapi ada juga yang pas ibunya lagi sujud, mereka naik ke punggung ibunya atau pas ibunya lagi shalat, mereka ajak ngobrol

Dan biar anteng, banyak dari ibu mereka membekali mereka dengan ipad. So, while the moms are praying, their kids are playing with their iPad. Tapi, pernah juga ada yang bawa barbie, lego. buku mewarnai, dan berbagai jenis alat lainnya yang dapat membuat anak-anak ini tidak merasa bosan ketika menunggu ibunya selesai shalat taraweh.



Oke deh, setelah baca postingan ini, langsung cuss ke masjid buat bayar zakat fitrah yah teman-teman!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar