Sabtu, 16 Desember 2017

5 Things That You Can Learn from Using Commuterline Jabodetabek

Sebagai pengguna commuterline akut selama 20 tahun terakhir….Nggg, 20 tahun,? Yes, I've been using commuterline Jabodetabek since I was still in elementary school….

"OH MAI GAT! EUG TUA JUGA YAH!"

Saya naik kereta mulai dari zamannya bisa liat kambing naik kereta jurusan Tanah Abang di jam pemberangkatan paling pagi broooh….Literally! Kambing! Yang dagingnya suka kita jadiin sate itu. Atau ngeliat dedek-dedek emesh lagi ngelem aibon di pelataran Stasiun Gondangdia. Ditambah ngeliat anak yang jatoh dari atap gerbong gara-gara kesetrum kabel sinyal.

Saya ini emang nggak punya pilihan transportasi lain untuk berpergian ke ibu kota secara murah meriah, ya kalau rate card saya 150juta setiap satu kali posting produk endorse di akun instagram, kaya Tante Syahrini, mungkin saya udah pake helikopter dari Cibinong ke Thamrin kali.

Sekarang saya mau share beberapa hal yang saya pelajari dari naik commuterline selama ini.






1. Lebih religius
Meeen, masuk ke dalem kereta aja udah susah, apalagi masuk surga. Ketika doa di sujud terakhir shalat shubuh itu bukan hanya minta dilapangkan rezeki saja, tapi juga dilapangkan tempat duduk di dalam kereta.



2. Lebih sabar
Nunggu kereta yang telat aja saya kuat, apalagi nunggu jodoh. Eaaaaa….Tapi bener lho! Awalnya sih saya pasti misruh-misruh tuh kalau ada jadwal kereta ngaret. Ya Allah ini meeting senilai 1 milyar jam 8 pagi di daerah Jakarta Pusat, saya berangkat dari jam 5, tapi jam 7.30 baru sampe Tanjung Barat?!?!?! Mulai dari curhat di socmed, nyalahin PT. KAI sampai pemerintah Indonesia. Padahal dengan marah-marah itu, nggak buat saya sampe tempat tujuan lebih cepat juga. Pada akhirnya saya cuma bisa bersabar, kalau emang nggak meant to be, ya it wouldn't be happened anyway. Maybe if I attended the meeting, got those 1 milyar, saya bakal sombong, membangkang perintah orang tua, berbuat jahat pada fakir miskin, dan segala macam hal lainnya yang bisa kamu temuin di sampul majalah Hidayah.



3. Lebih bersyukur
Seriously, naik kendaraan umum itu selalu saya anggap sebuah privilege. Nggak semua orang mau atau bisa naik kendaraan umum. Dimulai dari karena alasan kesehatan, kekayaan sampai kesempatan. Jadi, cuma orang-orang terpilih aja yang bisa naik kendaraan umum. Menggunakan sarana publik adalah waktunya kamu untuk mengobservasi. Kapan lagi ketemu sama mas-mas gagah perkasa, tapi casing hapenya hello kitty, ibu-ibu renta tapi kuat berdiri dari Stasiun Tanah Abang sampai Bojong Gede, dedek-dedek gemesh yang bau matahari tapi terus-terusan instalive selama di atas kereta, atau….Ketemu mas-mas PKD yang tampan paripurna yang suka nyender di sambungan kereta??? Nyendernya di bahu aku aja mas!



4. Lebih sehat
Some people are willing to pay more than 2-3 millions per month to have a personal trainer at a trendy fitness centre. Tapiiii, buat saya yang suka naik kereta dari dari Stasiun Cilebut sampai Stasiun Karet ini, saya bisa dapetin fasilitas pilates atau yoga harateeeesh guys! Saya bisa berdiri tiga sampai empat jam per hari, di dalam posisi yang sama gara-gara keretanya kepenuhan. Sebagai penggemar acara senam Tante Vicky Burki yang dulu suka ditayangin setiap jam 6 pagi di ANTV, tentu saja hal ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri!



5. Lebih kreatif
Butuh contoh nyata? Tuh buku commuterheart contohnya, ahahaha! Nggak apa-apa ya promosi? Hehehehe. Tapi beneran deh, awalnya saya sempet mikir kayanya cerita saya selama di Italia lebih memiliki daya pikat buat dijadiin sebuah buku, tapi pada kenyataannya yang tembus ke penerbit itu cerita tentang saya naik commuterline.



Soooo, buat kamu-kamu yang belum pernah naik commuterline Jabodetabek, apalagi di jam sibuk, yuk dicoba! Ada banyak ilmu yang nggak bisa kamu dapetin di sekolah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar