Rabu, 10 Januari 2018

Me, my dad, my mom & her stroke: Semangat 75!

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, setelah Mamah saya didiagnosa terkena penyakit stroke, saya banyak melakukan riset kecil-kecil-an mengenai penyakit satu ini. Konon katanya kalau ada salah satu keluarga kita yang kena stroke, sebagai keluarga inti, kita ada kemungkinan besar mengalami hal yang sama. Walaupun faktor dari gaya hidup dan pola makanan juga berperan sangat penting.

Setelah membaca beberapa artikel dan juga menonton beberapa video mengenai penjelasan penyakit stroke, ada satu video yang menurut saya menarik sekali untuk ditelaah lebih jauh oleh teman-teman kelompok PENCAVIER (PENgamat CeritA-cerita VIERa!).

Pembicara dalam video ini berbicara dalam bahasa Inggris yang sangat pelan, sehingga menurut saya sangat mudah untuk dipahami. Lumayan nih buat yang mau latihan listening buat IELTS test nanti, hehehehe~

So, here we go…







Singkat cerita, ada seorang wanita bernama Jill Bolte Taylor…

Kira-kira dari namanya udah pada bisa nebak dong si Jill ini berasal dari mana?

a. Citayam
b. Gunung Cupu
c. Rawa Belong
d. Indiana

Gampang banget lah ya….

Si Jill ini  adalah seorang doktor dalam bidang anatomi saraf dan otak di Harvard University. Dia memutuskan untuk menjadi ahli saraf dikarenakan saudara kandungnya mengalami schizophrenia, sebuah penyakit yang secara singkat tidak dapat membedakan dunia nyata dan alam mimpi. Tapi, pada suatu pagi di tahun 1996, si Jill ini malah mengalami gangguan di otaknya, salah satu pembuluh darahnya di otak bagian kiri pecah.

Menurut yang saya tonton dari speech-nya Jill selama 20 menit ini, otak manusia itu terdiri dari dua bagian yang sangat berbeda, otak bagian kiri dan otak bagian kanan. Otak bagian kanan biasanya berpikir tentang sesuatu yang terjadi saat ini juga. Sedangkan otak bagian kiri berpikir mengenai masa lalu dan masa datang.

Jill juga menjelaskan bagaimana rasanya mengalami gejala awal stroke. Dia merasakan rasa nyeri di mata kirinya, dia terbangun dan melakukan rutinitas olah raga paginya. Tapi, kemudian dia merasakan dia melihat tubuhnya sendiri melakukan gerakan olah raga, mungkin kalau saya gambarkan, seperti roh-nya terbang gitu kali ya?

Ini persis banget apa yang dialami oleh Bu Evie. Sesaat setelah beliau menjatuhkan diri di atas tempat tidur ketika selesai shalat tahajud, beliau sempat bilang kalau dia merasakan bahwa dia seperti terbang dan melihat diri dia sendiri sedang terkapar di atas tempat tidur.

Lanjut lagi dari cerita si Jill, dia merasakan sakit kepala yang sangat parah. Dan lagi-lagi inilah yang dirasakan si Mamah saat tubuhnya lemas dan berada di dekapan saya dan si Papah pagi itu.

Di dalam ceritanya Jill meminta bantuan kepada salah seorang temannya melalui telepon di antara kesadarannya yang tiba-tiba menghilang. Sama seperti si Mamah, cuma di antara kesadarannya yang menghilang, Mamah sempat berteriak sekali meminta bantuan kepada si Papah yang sedang tidur di sampingnya dan terus menyebut nama saya.

Singkat cerita, setelah dua minggu lebih, dokter memutuskan untuk mengoperasi Jill dan mengangkat pembuluh darahnya yang tersumbat dan menyebabkan luka bekas operasi sebesar bola tenis di kepala bagian kirinya. Jill pun membutuhkan waktu sampai 8 tahun untuk sembuh total.

Lalu, kenapa di antara berbagai video mengenai stroke yang saya tonton, saya memilih video ini yang saya bagikan untuk teman-teman kelompok PENCAVIER (PENgamat CeritA-cerita VIERa!)?

Saya senang konsep bercerita Jill bagaimana dia bersikap optimis dengan penyakit stroke yang dia alami. Di menit-menit awal, dia bercerita bahwa ketika dia sadar bahwa dirinya mengalami stroke, dia malah bilang, "eleuh! Saya teh keren pisan! Saya ini peneliti anatomi syaraf yang kena gangguan syaraf?!?! Kapan lagi ada seorang peneliti yang bisa melakukan riset tentang dirinya sendiri???!"

Subahanallah si Jill, sa aeeee~

Lalu ketika Jill, yang seorang wanita mandiri dan sibuk ke sana ke mari layaknya kera sakti ini, menyadari bahwa ketika terkena stroke dia bukanlah lagi 'pemilik' tubuh dia sendiri seutuhnya. Dia merasa menyerah, ketika kesadarannya hilang, dia merasakan bahwa dia melihat surga.

Kalau video-nya si Jill ditayangin di TV nasional Indonesia, pas bagian sini, penontonnya udah ceurik bombay. Terus, pas penonton lagi nangis-nangisnya…. Seperti sinetron Tersanjung season 1, waktu Lulu Tobing mau ketemu Ari Wibowo di pengkolan, tapi mau dihalang-halangin sama Tante Leli Sagita, Bikin orang pada penasaran, tiba-tiba muncul tulisan 'B E R S A M B U N G'…Duh Gusti! Bikin penasaran aja nih sutradara!

Di akhir speech-nya, Jill bilang, kalau salah satu motivasi dia untuk sembuh adalah keinginan dia berbagi mengenai cerita dia mulai dari kena stroke and how she survived.

Meanwhile, banyak dari orang kebanyakan yang saya lihat, ketika terkena suatu penyakit langsung goyah. Saya melihat semangat Jill ada di dalam diri Bu Evie. Malah kata orang yang membantu saya untuk mengurus Mamah sekarang, "si Ibu semangatnya tujuh lima!"

Ahahahaha!

Semangat si Mamah mah bukan 45 lagi! Semangat si Mamah udah beyond semangat para pejuang kemerdekaan di tahun 1945! Kalau tubuh si Mamah saat terkena stroke ini diibaratkan negara Indonesia yang sedang dijajah. Mamah itu sekarang ada di dalam zaman keemasan orde baru, di mana ketika timnas Indonesia berhasil manahan imbang Manchester United atau ketika pendapatan domestik bruto Indonesia selalu berada di atas 5%!

Wah pokoknya, walaupun di luar si Mamah terlihat lemah, tetapi sebagai seseorang yang hidup bersama Mamah hampir 30 tahun terakhir ini, di masa-masa stroke-nya inilah, saya melihat seorang Bu Evie memiliki semangat yang paling tinggi.

Ya mungkin, waktu ngelahirin saya, perjuangan Bu Evie nggak kalah sama perjuagan Bu Evie ketika harus melawan penyakit stroke-nya saat ini sih, tapi waktu itu kan saya masih bayi ya, jadi nggak inget sama sekali, hehehe~







Tidak ada komentar:

Posting Komentar