Pagi ini saya merasa kantuk yang amat sangat.
Berkali-kali saya menguap sambil memasak tempe goreng buat si Papap.
Kenapa bisa sengantuk itu?
Marathon drama Korea? Nope.
Maen game online? Nope.
Ngerjain deadline? Nope.
Terus apa?
Jadi gini, semalem saya tidur lumayan cepat, tapiiiii....Again and again and again, sekitar jam 2.30-an, saya kebangun tiba-tiba gara-gara....
Suara ribut yang berasal dari luar rumah saya.
Kali ini suaranya bener-bener nggak bisa ditoleransi. Berisik-seberisik-nya!
Saya mendengar suara sesuatu yang terbuat dari kayu atau metal yang dilempar, suara pecahan kaca, dan tentu saja nggak ketinggalan, suara teriakan-teriakan orang yang kali ini saya yakin dari suara cowok.
Beberapa kali terdengar suara kendaraan lewat, tapi suara berisik itu masih terus ada.
Ada apa ya?
Tauran?
To be honest, lokasi rumah saya itu emang agak-agak dangerous, curious, nan marvelous dan fabulous. Sering ada tawuran warga, jambret, maling, pengajian sampai subuh, persiapan samen SD yang lokasinya cuma 20 meter dari rumah saya, adu mulut antar motor mah udah kaya kicauan burung kutilang di kuping saya, saking seringnya, tabrakan antar motor yang korbannya cuma si pengemudi dan luka lecet gara-gara motornya terlalu digas di jalanan licin, sampe yang korbannya berdarah-darah dibarengi dengan teriakan para ibu-ibu yang lagi nunggu anaknya selesai sekolah di SD. Lengkap dan padat.
Kalau ada yang nanya, kenapa nggak beli rumah di kawasan perumahan aja. Ya rezeki orang beda-beda ya sob, keinginan mah ada gitu tidur tenang di tengah malam tapi namanya juga idup, ada aja gitu cobaannya.
Balik lagi ke cerita tentang suara bersisik yang ditimbulkan dari depan rumah saya. Tampak sebuah kursi plastik tergeletak di tengah jalan begitu saja. Ada beberapa pengendara motor yang lewat namun mengacuhkan keberadaan kursi yang melintang di tengah jalan itu plus suara ribut-ributnya.
Tiba-tiba terdengan suara pecahan botol dengan serpihannya yang berceceran ke jalan raya, tanpa saya tau siapa yang melempar karena terhalang kanopi garasi lantai satu rumah saya.
"Gue harimau! Lo siapa????? Lo berani sama harimau???"
"Gajah! Gue gajah!"
Monmaap nih, kita lagi di Taman Safari bukan?
Saya memutuskan untuk keluar balkon untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan lebih jelas lagi.
Terlihat sekelibat bayangan dua pria yang sedang berada di sebelah rumah saya dan saya kenal salah satunya, Bang Boris.
Bang Boris ini punya usaha tambal ban, yang dulu sempat dibantu sama si Papah, tapi sekarang dia udah bisa mandiri sekarang. Sebagai ucapan terimakasih sudah pernah membantu, tak jarang selain berjualan jasa tubeless ban, Bang Boris juga suka menjaga kediaman rumah kami. Kebetulan tambal ban-nya suka buka sampai dini hari.
Ketika saya intip dari balkon, saya melihat Bang Boris lagi ngobrol dengan seorang pria bertubuh ringkih, yang kemudian hari saya dikasih tau sama si Papah, kalau pria ini juga temannya Bang Boris.
Walaupun samar, tapi saya bisa melihat badan Bang Boris dan si pria ringkih sedang berdiri sempoyongan di depan rumah saya. Beberap botol kaca berwarna hijau terlihat di berserakan di tempat tambal ban milik Bang Boris.
Hooo, jadi yang tadi teriak-teriak ngaku harimau itu si pria ringkih sama Bang Boris yang lagi mabok. Saya pun menarik nafas lega, setidaknya saya tau dari mana suara itu berasal ya.
Saya pun memutuskan untuk tidak menegur mereka. Kenapa? Karena beberapa selanjutnya, obrolan mereka makin ngelantur namun makin bikin saya ketawa ngikik.
"Gila lo gajah masa kakinya dua!"
"Daripada lo harimau tapi kurus!"
"Tapi gue turunan Raja Siliwangi!"
"Anjing lo!"
"Gue harimau!"
Yak, dan mereka mulai ngabsen nama-nama hewan yang ada di kebun binatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar