Dear diary.....(cieeeeee, sejak kapan saya punya diary???? Kalau diare sih iya....)
Hai teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRah!), kumaha dararamang?
Nggg, saya mau share sedikit nih sesuatu yang terjadi sama saya barusan saja. Akhir-akhir ini untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah keparat, saya sedang rajin pergi ke perpustakaan. Nah, bayangan perpustakaan yang kalem, adem, dan nyaman itu selalu ada di dalam benak kita kan? Sampailah saya di sebuah gedung yang mayoritas terbuat dari kaca transparant berukuran 1,2 x 1,2 meter tersebut.
Okay, akhirnya saya menemukan sebuah tempat asoy geboy buat kongkow. Maklum waktu menunjukan pukul 1 siang, jam-jam di mana banyak mahasiswa berdiam diri di sana. Ada yang belajar, ada yang ngobrol, ada yang numpang ke WC (maklum WC perpustakaan di sini lumayan terjaga kebersihannya), ada yang mencari buku, dan.......ada juga yang ciuman. Setidaknya ada beberapa pasangan yang saya pergoki sedang dimabuk samara (bukan 'asmara', tapi memang saya ketik 'samara', yang dalam terjemahan bahasa indonesianya berarti: bumbu dapur!)
Saya membuka si Lepi dengan sungguh anggunnya. Maklum takut membuat keributan dan benar saja si Lepi kembali berulah, kamu tau dong suara laptop yang dinyalakan untuk pertama kali suka ber-jeleger-ria. Dan saya pun kena pelototan orang-orang yang ada di sekitar saya. Berkali-kali keluar kalimat "mi scusa, mi dispiace..." dari mulut saya.
Nah untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Kali ini saya mengetik di atas keyboard Lepi dengan sangaaaaaaaaaat pelaaaaaaaaan-pelaaaaaaaaa
Sudah sejam saya duduk dengan tenang, diam, tanpa suara. Terkadang saya bolak balik buku yang sedang saya baca itu, pura-pura mikir, padahal nggak ngerti apa-apa juga, maklum otak sih tertuju pada teks perkembangan literatur italia pada zaman Reinassance, tapi kedua mata ini tidak pernah berpaling pada sepasang muda-mudi yang sedang ciuman di depan saya. Alhamdulillah, dapet tontonan gratis....
Tapi......tapi, tapi, suddenly something happens with my stomach. Oh kambingku! Oh my goat! My perut, my perut, my perut.....dan........."PRE
Kampret! Dengan suksesnya saya kentut. Dan semua mata itu terhunus bagai pedang di dadaku. Ingin rasanya kabur dari ruang baca tersebut, tapi gimana dong, tugas belum selesai?? Jurusan andalan pun terpaksa harus dikeluarkan. Nyengir!
Ah ya sudahlah, kentut itu pertanda sehat. jadi inget waktu dulu, Mama saya sempat dioperasi dan sang dokter berpesan, beliau boleh pulang ke rumah, kalau pantatnya sudah mengeluarkan hembusan gas berbau tak sedap itu.
Kadang kehidupan juga kaya gitu....Kita sering jaga image agar lingkungan sekitar dapat menerima saya. Tapi toh, sewaktu-waktu kita akan berbuat salah dan image kita terkadang sedikit terkoyak karena kesalahan itu. Tapi kesalahan yang kita perbuat itu bagai kentut, terkadang suaranya lebih membahana daripada baunya, atau baunya yang lebih dahsyat daripada suaranya, toh mau gimana juga, namanya tetep kentut...However, dengan kentut orang bisa dikatakan sehat, dengan sebuah kesalahan manusia bisa dikatakan hidup. Kalau sudah berbuat kesalahan, ya tinggal nyengir aja....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar