At Abu Dhabi's plane

Kali ini saya bakal melanjutkan sedikit kisah dari postingan saya tentang Abu Dhabi.

Saya menumpang pesawat arab airlines dari Abu Dhabi. Ya, gimana ya, pengennya sih naek SQ atau minimal garuda kelas eksekutif lah, tapi belum berani euy…..Belum berani ngeluarin isi dompetnya, kekekeke. Jangan-jangan abis naek tuh dua jenis airways mentereng, saya nggak punya duit buat naek bis bandara DAMRI ke Bogor lagi T.T Atuh pan nggak kece aja gitu, pulang naek airbus keluaran terbaru, tapi bayar bis yang cuma 35ribu kagak mampu T.T

Nah, sehubungan ini pesawat jarak jauh, jadi walaupun saya ambil kelas ekonomi, pelayanannya lumayanlah, bisa makan frozen yoghurt sambil nonton Transformers teranyar di atas udara, udah bisa bikin saya seneng luar biasa. Maklum, kalau di darat mah, belum tentu juga saya mau ke bioskop. Kayanya, satu-satunya bioskop yang paling sering saya pantengin itu bioskop…..Trans TV! Kekekekeke. Cukup dibayar dengan kesabaran tingkat dewi Kwan Im dengan kenyataan bahwa film favorite kita bakal muncul sekitar 2-3 tahun dari tayang perdana-nya, rasa sayang mengeluarkan uang 15ribu-75ribu bisa terbayar kok, kekekeke.

Selain menonton film-film keluaran teranyar, saya juga bisa memilih lagu-lagu yang bisa saya putar. Salah satunya yaitu lagu ini,







Ihiiiiiy! Kangen juga nih sama mas-mas boiben jadul'e…...

Sambil mendengarkan lagu remake dari boyband asal Inggris tersebut, saya membuka majalah yang disediakan oleh para pramugari.

Oooouch! Astagfirullah! Seumur idup saya baca tulisan arab itu adalah Al-Quran, itu pun ada tajwid (tanda baca, red)-nya. Nah ini malah disedian majalah full tulisan arab gundul T.T Astagfirullah, maafkan hamba-Mu yang sering bolos sekolah ngaji dulu ini ya Allah….T.T

Setelah membuka lembaran demi lembaran dan memperhatikan beberapa gambar foto seorang syekh yang sedang menyalami beberapa bule berdandan parlente, saya pun tercekat, karena ternyata eh ternyata setengah halaman dari majalah tersebut berisikan berita yang sama tapi dalam bahasa Inggris. Yaaaaa, tau gitu langsung buka bagian ini aja.

Ada beberapa artikel yang saya baca disitu. Diantaranya tentang peresmian beberapa gedung pencakar langit di daratan Arabia. Wiiiiih, saya jadi inget cerita si Papap yang waktu masih muda dulu sering berkunjung ke perkampungan turunan Arab asli yang berada di kawasan Bogor Selatan.

Si Papap punya dua teman turunan pertama ras Arab asli yang Ayah mereka merupakan salah satu keturunan pertama bangsa Arab yang menjejakan kaki di tanah Jawa. Faiz dan Jalal, nama mereka.



Faiz (F): "Ya Jalal, sodare ane punya rumah tingkat di Jeddah. Saking tingginya, pas buka jendela kamar tingkat paling atas, kita bisa langsung ngambil buah kelapa!"
Pak Mamat (M): "Subhanallah!"
Jalal (J):  "Tapi, ya Faiz, sodara ane juga punya rumah tingkat di Madinah yang nggak kalah tinggi sama rumah sodara ente. Buktinya, waktu ane buang hajat pagi, baru sampe sepetic tank sorenya…."
M: "Allahuakbar!"
F: "Sodara ane yang tinggal di Riyadh, rumahnya juga tinggi banget ya Jalal. Pas dia buka jendela di tingkat paling atas, langsung bulan!"
M: "……"



Konon katanya, orang Arab itu punya sifat yang nggak mau kalah antara sesama kaumnya. Makanya jangan kaget, kalau misalnya suatu hari ada negara Arab yang gembar-gembor akan membangun gedung tertinggi di dunia, beberapa saat kemudian, ada negara Arab lainnya yang akan koar-koar hal yang sama, karena nggak mau kalah. Ya walaupun nggak semua orang Arab kaya gitu juga sih…..Saya juga punya kok temen ras Arab asli yang hidupnya sederhana :)