Jumat, 15 Februari 2013

Day #06: Arabian Restaurant Experience

Day #06

Sore ini teman saya mengajak untuk makan di sebuah restoran. Sebagai seorang wanita yang biasa ngunyah permen sugus rasa strawberry untuk menghilangkan rasa lapar yang sedang melanda, saya langsung meng-iya-kan tawaran tersebut.

Dan rasa senang itu pudar seketika, ketika saya beridiri di depan sebuah restoran Arab. Ngggggg, gimana ya, bukannya nggak suka sama makanan Arab, tapi saya kurang suka dengan masakan yang terlalu oily dan masakan Arab itu kan terkenal dengan minyaknya yang bergelimpangan di mana-mana T.T

Tadinya saya mau pesan makanan pembuka saja, toh dengan bentuk badan yang kecil ini, saya nggak pernah sanggup untuk menghabiskan makanan dalam porsi dewasa. Namun apa daya, dengan yakinnya, si teman saya ini langsung memesankan makanan, yang pas saya liat gambarnya di daftar menu, saya langsung yakin kalau masakan yang dia pesan adalah nasi dengan daging kambing ber-bumbu-ber-santan, dan ber-minyak. Oooouch, selamat datang asam urat T.T

But, hell-yeah, kan saya teh pengen banget pergi umrah ke Mekkah, mungkin ini pertanda dari Tuhan, sebelum pergi ke sono, ya minimal saya kudu icip-icip dulu lah local food-nya.

Daripada menikmati makanan itu sendiri, saya lebih menikmati suasana restaurant Arab tersebut. Hmmmm, saya sempat foto-foto interior dan makanan yang disediakan di sana, namun sayangnya....Si Lepi lagi ngadat, jadi ajah semua gambarnya belum bisa diambil dari tuh intrenal hard disk T.T

Oh iya, sore itu tampak banyak sekali suku Arabic yang datang. Satu hal yang saya perhatikan adalah kebiasaan mereka makan.

As we know, kebanyakan wanita Arab akan menggunakan pakaian yang hampir menutup seluruh tubuhnya (terkeceuali matanya), ketika keluar dari rumahnya. Nah, terus kan saya bingung, gimana cara mereka makan ya? Kan Setidaknya mereka harus membuka cadarnya.

Dan restoran Arab ini pun memberikan jawabannya. Mereka menyediakan pembatas dinding lipat dengan tinggi yang bisa hampir menutupi seluruh badan orang dewasa.

Jadiiii, ketika ada perempuan Arab dewasa yang berkunjung ke restoran itu, dengan sigap si pelayan akan menutup area makan perempuan tersebut dengan pembatas dinding lipat, dan si perempuan Arab ini pun dapat dengan bebas membuka cadar mereka tanpa terlihat oleh pengunjung lain.

Woooooow, what a culture ya guise!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar