Jumat, 03 Mei 2019

Mata Ikan & Me vs The World: Jalan Ingkud-ingkud-an

Hari itu pun datang....

Hari di mana mata ikan saya akan dioperasi! Yay! Bye-bye jalan ingkud-ingkud-an!

Ingkud-ingkud-an???

Hmmm, apa yaaaa bahasa Indonesia dari ingkud-ingkud-an???

Jalan pincang kali ya? Pokoknya gara-gara si mata ikan di telapak kaki itu, saya jadi harus memiringkan telapak kaki saya atau menaikan kaki kiri saya untuk bisa berpindah tempat.

Sesuai dengan waktu yang sudah dijadwalkan, saya datang ke Puskesmas sekitar jam 11 siang. Jumlah pasien yang mengantri saat itu tidak terlalu banyak, ada beberapa anak kecil yang berlarian ke sana-ke sini ditemani oleh orang tuanya dan beberapa pasien lansia yang sesekali bertanya tentang alasan saya ke Puskesmas.

"Kenapa ke Puskesmas Mbak?" Tanya salah satu ibu-ibu yang menggunakan koyo di kedua ujung dahinya.

"Iseng-iseng aja sih Bu, nggak ada orang di rumah, meningan ke sini..." Ujar saya DALAM HATI.

Yaaaaa, daripada diem terus meratapi nasib, meningan ngajak ngobrol pasien ngantri lainnya, kali-kali aja dapat tips and trick baru untuk mengusai dunia yang fana ini.

Dan bener aja sih, saya dapat informasi baru, jadi setelah dioperasi, mata ikan ini inshAllah pasti akan tercabut tapi jangan lupa proses pasca operasinya. Di situlah another problem will happen. Kita harus hati-hati sama infeksi.

Banyak pasien yang malas untuk mengganti perban atau daily check-up setelah proses operasi selesai. Mungkin karena malas antri di Puskesmas atau kakinya masih ingkud-ingkud-an, boro-boro ke Puskesmas, ke kamar mandi yang tinggal ngesot aja, sulit~

Setelah menunggu sebentar, saya pun dipanggil ke ruang tindakan. Hmmm, instead of 'ruang', mungkins tempat itu lebih cocok disebut sebagai 'area' ya. Area....na Grande~ Nggak deng, biasanya kan kalau ruangan itu tertutup ya, kalau di Puskesmas Tingkat Satu tempat saya dioperasi, area tindakan mereka tidak punya penutup. Ada sih penutup, tapi cuma partisi setinggi 1,8 meter yang bisa dipindahkan dengan leluasa.

Jadi, orang bisa lalu lalang dan melihat kaki saya diobok-obok.

Jeng-jeng! Operasi pun dimulai.

Tensi saya diperiksa terlebih dahulu, angka 109/63 muncul di sana. Kondisi yang cukup aman untuk dilakukan operasi kecil.

Dan....

Aaaaargh! Aaaargh! Aaaaargh! Arrrrgh! Aaaargh!

Sekitar empat atau lima kali saya teriak kesakitan, sampai-sampai pasien anak-anak yang tadinya berseliweran berlomba-lomba mengintip apa yang terjadi terhadap saya di area tindakan.

Kalau tidak salah hitung, saya mendapatkan lima kali suntikan anastesi di sekitar area mata ikan di telapak kaki saya.

Menurut dokter yang memberikan tindakan, telapak kaki itu pusat syaraf, jadi ya silakan sendiri yang mau dicoba disuntik di telapak kaki lima kali, dengan jarak waktu yang berdekatan, nanti kita bisa buat anti-anti-disuntik-di-telapak-kaki Club ya~

Gimana orang-orang yang suka disuntik botox ya?

Setelah dibius lokal, saya pun merasakan kalau kaki saya diubek-ubek oleh dokter dan salah satu susternya. Saya nggak bisa lihat gimana diubek-ubeknya, soalnya posisi saya itu tengkurap, tapi saya bisa melihat tetesan darah yang jatuh ke lantai.

Aduuuuuuuh, coba waktu dioperasi mata ikan itu bisa pakai backsound ya?

Jadi, sambil liat darah dari kaki saya yang menetes itu, saya bisa senyum-senyum sendiri gitu kali ya? Kapan lagi bisa liat orang yang abis disuntik lima kali di telapak kaki senyum-senyum?

Setelah operasinya selesai, kaki saya diperban bergulung-gulung. Saya masih nggak bisa merasakan kondisi kaki saya saat itu, mungkin biusnya masih ada kali ya?






Dokter pun bertanya kepada saya, apakah saya mau bawa daging mata ikan hasil congkelan beliau tadi?

Waiiiit??? Daging?

Bukannya operasi mata ikan itu cuma dibelek biasa gitu ya? Terus dikeluarin mata ikan yang segede biji beras itu??? Terus dijait lagi kulitnya?

Ternyata saya salah saudara-saudari.

Mata ikan itu macem-macem jenisnya. Ada yang nonjol ke luar dan ada yang numbuh ke dalem. Ada yang besar, ada yang kecil.

Nah, mata ikan-nya Viera itu yang numbuh ke dalem dan ukurannya cukup besar. Kata susternya sih ukuran daging saya yang ada mata ikannya itu, sekitar koin seribu dengan kedalaman sekitar 2 cm. Dengan kondisi dagingn yang dicongkel seperti itu, mana mungkin bisa dijait pasca operasi.

Ya, saya cuma bisa nunggu daging dengan ukuran yang sama tumbuh kembali di telapak kaki saya, huhuhuhuhuhu~

Sambil naik motor saya pun meringis, kaki saya yang dibalut perban saya rebahkan ke bagian tangki motor. Maklum saya pulang pakai motor ninja. Soalnya saya nggak nyangka kalau operasi mata ikan saya itu akan berakhir dengan bolongnya kaki saya sedalam 2cm.

Jadi, apa sih penyebab utama mata ikan Viera? Kan ada yang bilang karena keseringan pakai sepatu hak ya. Tapiiii, saya mah boro-boro pake sepatu hak, sepatu yang sering saya pakai itu sepatu keds.

Ternyata, kondisi kaki yang lembab dan kotor pun menjadi salah satu penyebab mata ikan muncul. Ini sih yang saya curigai, soalnya kan akhir-akhir ini Bogor lagi sering hujan. Sudah nggak kehitung berapa kali kaki saya dengan keds-nya itu basah kuyup. Jadi, kalau kaki kalian basah kuyup, ayo lekas segera dibersihkan dan dikeringkan ya, otherwise ada kemungkinan kaki kalian bakal bolong kaya kaki saya, emangnya cuma sundel aja yang bisa bolong?

Hihihihihihihi~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar