Senin, 05 Desember 2011

Cerpen kelima

Wah, baru aja nulis empat cerpen aja, udah banyak banget yang nawarin saya ngegantiin Anggun jadi model iklan sampo pake krim anti aging. Namun, yang mulia Teteh Piera ini kan hanyalah seorang gadis biasa yang berhati lemah dan pemalu (dibaca: tukang palu, red).

Hmmmm, bisa sambil menunggu kesiapan mental yang mulia Teteh Piera menjadi seorang selebritis antar kota, boleh kakak, cerpennya kakak, dibaca-baca dulu kakak…

cerpen pertama
cerpen kedua
cerpen ketiga
cerpen keempat

Iiiiih, nggak kerasa ya, kita udah ada di cerpen kelima lagi aja??? Disela-sela kesibukan saya yang menggunung….Tau déh gunung apaan, gunung agung kali kali??? Saya masih menyempatkan diri les balet sambil nulis cerpen dengan kualitas bermutu tinggi.

Bai de wei, di cerpen ke lima ini, saya mengambil sebuah lagu yang penyanyinya demen banget mejeng di trending topic world wide di twitter. Waaaaah, someday cerpen berantai buatan yang mulia Teteh Piera harus jadi trending topic, kalaupun bukan trending topic di world wide, minimal jadi trending topic di hati kalian. #eaaaaaaaaaaaaa *Guling-guling sampe Monas!







***
Sorry sorry


Setelah melihat pertempuran antara monster geronimon dan Tuxedo bertopeng, aku pun merasa lapar. Aku ingin sekali makan bala-bala yang digoreng pake minyak jelantah.


Tapi aku terjebak di rest area km 97. Di sana nggak ada bala-bala. Aku pun menangis tersedu-sedu penuh haru. Sampai, suatu ketika ada seorang laki-laki bermata sipit, berhidung lancip, berkulit mulus, dan punya hobby split memutar di udara.


Ternyata dia adalah anak dari direktur utama perusahaan Tao Ming. Sebuah perusahaan pengolah kacang keledai yang ingin mengakusisi produk tahu di kawasan Sumedang. Nama pria berponi miring 20 derajat ke arat timur laut ini adalah Lin Dan.  Dia mengajakku untuk membeli bala-bala menggunakan jet pribadinya.


Di dalam pesawat tersebut, aku disambut oleh ketiga teman prianya yang nggak kalah necis. Bo Chun Lai memakai baju bermotif bunga kenanga dipadu padankan dengan celana bermuda berwarna kuning keemasan. Ada Lee Chong Wei yang menggunakan jeans levi's berwarna hijau stabilo dengan sedikit merk celana dalam yang menyembul, juga sebuah tatto bergambar ikan dugong di betisnya. Dan yang terakhir adalah Simon Santoso yang menggunakan kaos jaring-jaring bergambar sembilan anggota cherry belle. Mereka semua membuatku terbang ke awang-awang. Bahagia selamanya.


Mereka memutuskan untuk berhenti di bandara pribadi milik Bo Chun Lai di kawasan Tangerang. Aku buru-buru ke luar pesawat untuk membeli bala-bala.


Sebagai peneman bala-bala, Lin Dan menawariku sebotol brandy yang baru saja dia beli dari pedagang asal Gujarat.


Karena minuman beralkohol itu, secara tidak sengaja aku menjatuhkan tetesan minyak goreng jelantah dari bala-bala-ku ke atas kursi jet pribadi Lin Dan yang dilapisi oleh kulit kobra asli Garut.


Berulangkali aku meminta maaf kepada Lin Dan. Akan tetapi dia hanya berujar, 'kalau minta maaf berguna, buat apa ada polisi', sambil ngejorongin aku dari jet pribadinya.


Aku menangis kesakitan. Untung aku selalu membawa betadine ke mana-mana. Namun, aku  tetap merasa kecewa akan diriku. Tak kusangka aku telah mengotori kursi jet pribadi Lin Dan dengan bala-bala. Maafkan aku Lin Dan….


***

Eh, kalau misalnya Mira Lesmana beneran bakal menjadikan kumpulan cerpen saya menjadi sebuah film kelas dunia, kira-kira dia bakal menghabiskan budget berapa ya? Nanya-nanya ke Oom Agung Hercules aaaah...


3 komentar: