Rabu, 03 Juli 2013

'Hallo!' from Carol in Germany!

Yuhuuuu, Viera's interview is back!

Setelah;


Donny di India.
Koyim di Jepang.
Winnie di Oman.
Ria di Singapore.
Sakti di Norway. 
Retno di Korea Selatan.
Mbak Tiara di Portugal.
Obi di Saudi Arabia
Rino di North Sea
Fajar di Brunei Darussalam
Donny di India.
Koyim di Jepang.
Winnie di Oman.
Ria di Singapore.
Sakti di Norway. 
Retno di Korea Selatan.
Mbak Tiara di Portugal.
Obi di Saudi Arabia
Rino di North Sea
Fajar di Brunei Darussalam.
Iis di Polandia.




Lemmi introduce you to Kereul (ditulis: Carol, red). Salah satu teman saya waktu masih kuliah di Bandung dulu. Kereul ambil jurusan Arsitek, saya ambil jurusan desain interior. Ada beberapa hal yang menyatukan kami, misalnya lokasi kantin yang berdekatan dan kamar kosan yang bersebelahan.






Lulus dari ITB, Kereul sempet bekerja di Surabaya dan merantau di Singapura. Nah, dengan segala pengalaman yang dia punya, sekarang beliau mencoba untuk menjajal peruntungannya di salah satu
negeri Eropa, Jerman.







So, gimana her story sampe bisa nyantol di sana? Let's check this out!


Viera (V): "Hai Reul! Afah kavar???"
Kereul (C): "Baik Pe..."







V: "Alhamdulillah, seneng dengernya. Langsung nih Reul, kenapa dirimu milih Jerman?"
C: "Karena negara lain nggak mau nerima gue."







V: "Ahahahahaha...."
C: "Biaya sekolah di sini lebih murah. Pengen liat dunia luar. Waktu itu agak jenuh di Singapore, jadi pengen kabur..."







V: "Udah berapa lama di tinggal di Jerman?"
C: "Belum lama, baru dari September kemaren kok..."







V: "Tinggal di mana?"
C: "Di Stuttgart, daerah selatan."







V: "Kalau misalnya gue sebut kata 'Jerman' nih, tiga hal yang terlintas pertama di benak Kereul apa?"
C: "Satu, nggak ada toko buka di tanggal merah kecuali tempat makan, jadi pengen nangis kalau libur, maklum anak mol. Dua, straight forward, awalnya sempet bikin shock. Tiga, tepat waktu, nah ini cucok deh sama gue...."







V: "Okeh, kalau alasan nomor satu dan nomor tiga udah kebayang nih. Kalau nomor dua? Straight forward? Punya cerita khusus tentang perihal nomor dua ini?"
C: "Pas pertama dateng kan gue harus daftar penduduk dulu tuh di 'kantor kecamatan', terus pede aja gue berangkat sendiri, karena sebelumnya udah ditunjukin sama temen, tata caranya gimana. Sampe 'kantor kecamatan', pegawainya nggak semua bisa bahasa inggris, terutama yang udah tua dan gue tidak lancar berbahasa Jerman. Step satu, masih OK. Step kedua, masih OK juga pegawainya, mereka masih muda, jadi lumayan paham. Step ketiga....Ibu-ibu tua! Nah, belum ada dua menit terus dia nulis di kertas 'besok, kalau dateng lagi bawa temen yang bisa bahasa Jerman ya....' Sigggh...."







V: "Ahahahaha! Bawalah diri gue ke sana Reul! Gue bakal mendaftar kartu izin tinggal menggunakan bahasa sunda! IYESSS!"
C: "Ya, besoknya gue bawa temen deh tuh. Setelah ngobrol-ngobrol eh bisa ngurus di 'kantor kecamatan' lain yang prosesnya lebih cepet, karena di situ harus ngantri sebulan. Gue pindah deh ke kecamatan lain, yang ternyata cuma butuh 10 menit aja ngurusin semuanya, astaga!"







V: "Ahahahahaha! Terus???"
C: "Terus, pas di setiap akhir semester ada feedback dari mahasiswa buat dosen. Nah, kalau rata0rata yang mahasiswa Jerman bilang gini aja, 'jujur ini dosen, kalau ini mata kuliah pilihan saya, nggak akan diambil, karena tidak menarik. Saya merasa buang waktu!' Kalaupun ada yang pakai basa-basi, biasanya basa-basinya sedikit, sisanya langsung bilang  'saya suka karena, bla, bla bla...Dan yang saya kurang suka karena bla, bla, bla, dan mungkin bisa diperbaiki di dalam hal bla, bla, bla..."







V: "Waaaow...Lalu? Lalu?"
C: "Lalu, gue yang shock...."







V: "Shock kerena?"
C: "Karena nggak biasa. Coba di ITB melakukan hal yang sama, mungkin langsung nggak dilulusin."







V: "Ahahahahaha! Gue pernah tuh Reul ngikutin kelas mata kuliah umum. Terus ada mahasiswa berantem sama dosennya, gara-gara dia nggak suka cara ngajar dosennya, abis selesai berantem, eh tuh dosen malah curhat kalau gajinya kecil...Hadeuuuh!"
C: "Kayanya bukan cuma di Indonesia ya, tapi emang kultur Asia kaya gitu."







V: "Menghormati sekali orang yang lebih tua ya, hehehehe. Owkeh, jadi selama lo tinggal di Stuttgart ini lo udah dapetin apa aja? Jati diri lo? Barang yang udah lama banget lo cari? Atau...Hantu bule, barangkali?"
C: "Alhamdulillah, gue nggak bisa liat hantu dan semoga nggak akan pernah bisa, amin. Pengalaman yang cukup membuka mata gue adalah pengalaman berhubungan dengan temen-temen kuliah yang juga dari macem-macem negaranya."







V: "Such as?"
C: "Si A dari negara perang, mau ketemu keluarga aja susah. Si B negaranya baru merdeka beberapa waktu yang lalu. Si C hidupnya damai, tentram, hepi, masa mudanya diisi dengan kegiatan-kegaitan berguna seperti ikut internship di negara-negara yang berbeda setiap tahun, jadi cap passportnya banyak déh...Si D yang negaranya juga harap-harap cemas, tapi berhubung dia selalu punya mimpi dan rajin memperkaya diri jadilah aja selalu ada peluang yang datang...."







V: "Hooo, jadi membuat lo lebih mensyukuri hidup juga ya Reul?"
C: "Gue sendiri sebetulnya gambling aja waktu berangkat, kalau diitung0itung lebih banyak resikonya daripada untungnya. Nggak logis, tapi ternyata makin lama, makin merasa ternyata banyak pintu-pintu peluang. Emang nggak gampang, tapi kalau dilihat0lihat, banyak hal menarik yang bisa dipilih..."







V: "Kaya Tom Hanks di film Forrest Gump tea ya? Life is just like a box with full of chocolate, terus apa téh kelanjutannya??? Ahahahaha!"
C: "Ho oh. Tapi emang kalau nggak mulai bergerak, buka box-nya juga nggak bakal tau ada apaan..."







V: "Setujuh! Sedelapan! Sembilan! Sepuluh! Just take the risk ya Reul, apapun yang terjadi pasti ada maksud Tuhan di situ..."
C: "Gue jadi inget cerita temen gue minggu lalu, menarik deeeeh...."







V: "Aaaah, hayuk atuh di share...."
C: "Dia ini si D, yang udah gue jelasin tadi. Orangnya banik, respect sama orang. Jadi, begini ceritanya....Pada suatu hari, dia abis ngasih proposal bisnis ke entah siapa, yang jelas dia ngajuin proposal aja, baru selesai presentasinya jam 11 malem. Capek kan ya...Dia pengen langsung pulang dan isitaraha. Di tengah jalan pulang, dia ketemu orang Saudi, pake baju tradisional gitu, putih-putih. Si Saudi ini kebingungan tengah malem, akhirnya si D berhenti, cari tempat parkir, terus nyamperin....Kalau gue mah langsung ngacir kali, gue kira tuh orang Saudi dedemit...."







V: "Ahahahaha! Terus? Terus?"
C: "Si orang Saudi ini tipikal turis yang nggak lancar bahasa Jerman ataupun bahasa Inggris. Berhubung si D ini dari negara berbahasa Arab juga, jadilah mereka ngobrol. Si D nanya, 'mau kemana?' Dijawab sama si Om Arab, 'mau balik ke hotel, tapi saya nyetio taxi dari tadi nggak ada yang berhenti...' Terus si D ngejelasin, 'sistem taxi di sini kalau mau naik, harus order dulu atau dateng ke taxi stand. Ya sudah, saya antar Bapak ke hotel, alamatnya di mana?' Nah, akhirnya mereka berdua naek mobil si D tuh. Terus si D ditanya, dari mana malem-malem dan sebagainya. Si D ngejelasin lah kalau dia abis ngajuin proposal. Terus si Om Arab ini bilang ke si D, mungkin si D bisa kirimin proposalnya ke alamat email dia, sambil ngasih kartu nama."







V: "Terusssss???? Iiiih penasaran déh gue..."
C: "Beberapa hari kemudian si D ini lagi duduk-duduk ngopi santai terus liat kartu nama yang pernah di kasih sama si Om Arab, emailnya email dalam domain website perusahaan gitu. Dibuka deh website-nya ternyata si Om Aran ini salah satu direksi perusahaan besar di Saudi!"







V: "Ihiiiy!"
C: "Si D nya sendiri bingung, kok nggak logis, kalau orang penting biasanya kemana-mana pake supir, ini malah sendirian. Mungkin dia pengen punya private time terus liburan sendiri gitu, pikir si D. Waktu si D cerita itu di kelas, karena emang topik kuliahnya nyambung, temen yang lain pada bilang, 'ah itu hari keburuntungan lo aja kali!' Hehehehe....."







V: "Ahahahahaha!"
C: "Gue nggak yakin magic itu ada. Nah, seperti kata temen gue yang gue amat setuju bahwa, miracle itu gabungan antara usaha dan doa. Tuhan nggak akan kasih kesempatan kalau kitanya nggak siap."







V: "Aaaaaah bener banget! Kita nggak hanya harus siap sama cobaan yang Tuhan kasih ya, tapi sama rezeki juga..."
C: "Ho oh. Rezeki itu bisa dari mana aja. Jadi lo punya rezeki buat gue nggak Pe? Kalau nggak ada, kita sudahi saja wawancara ini...."







V: "Ada Reul! Rezeki Aditya, artis sinetron. Aahahaha! Pertanyaan berikutnya nih Reul, udah pernah ke mana aja selama di Jerman?"
C: "Di Jermannya? Ke Munchen, yang tiap ke sana cuma kalau ada urusan, jadi belum pernah keliling kotanya juga, apalagi foto-foto di depan Allianz Arna. Ke Frankfurt, itu juga karena ada urusan, dan sama juga belum pernah keliling kota Frankfurt tuh."







V: "Selain itu, pernah ke mana lagi Reul?"
C: "Heidelberg, kota kecil tapi bagus. Kotanya dibagi jadi dua, di tengah-tengahnya ada sungai. Udah, sisanya keluar Jerman."







V: "Waaaoow, ke mana aja tuh Reul?"
C: "Tiket kereta di dalem Jerman suka lebih mahal daripada ke negara tetangga."







V: "Ahahahaha! ini membuktikan ya pengalaman gue beli indomie ke Belanda itu benar adanya. 
C: "Ho oh!"







V: "Dari seluruh tempat yang pernah lo kunjungi, yang paling berkesan yang mana Reul?"
C: "Gue suka Amsterdam, kotanya lucu kaya di buku-buku tourist guide Eropa, lebih ceria karena warna warni. Akhir Maret kemaren gue ke Praha, kotanya bagus tapi penuh sama turis, jadi kurang nyaman. Apa karena gue perginya pas musim liburan dan musim salju ya?"







V: "Waaah kece euy! Bai de wei, lo kangen Indonesia nggak?"
C: "Nggak. Ahahahahaha! Yang gue kangenin, makanannya sih. Tahu telor, ketoprak, sate, kerupuk. Nah, kerupuk ini sebenernya ada di sini yang jual sih, di supermarket, hasil impor dari Belanda, tapi mahal T_T Mana gue doyan banget makan kerupuk lagi..."







V: "Berarti kalau di Jerman, orang yang sering makan kerupuk itu orang kaya ya..."
C: "Iya....Orang kaya....Kaya gue yang akhir-akhir ini duit jajan gue abis buat beli kerupuk T_T"







V: "Ada rencana balik ke Indonesia dalam waktu dekat?"
C: "Gue pengen ke Bandung. Sejak lulus, nggak pernah ke Bandung lagi, pengen jajan. Waktu itu udah buat itinerary jajanan buat tiga hari. Mungkin tahun depan kali ya Pe, soalnya gue nggak berencana pulang tahun ini."







V: "Otreh, ada beberapa tempat yang masih pengen lo kunjungi?"
C: "Ke Maroko, Turki, Yunani, Italia. Negata yang tampaknya meriah! Ceria! Warna-warni! Sama ke Paris, yang sebenernya nggak pengen-pengen amat, cuma buat mamerin aja ke temen-temen 'Carol was here'...Hehehehe!"







V: "Ahahahaha! Reul, selama tinggal di Jerman ini ada lagu yang elu banget nggak?"
C: "Apa ya....Hmmm, beberapa hari yang lalu pas pulang lewat pusat kota sore-sore senja, banyak orang keluar kan, karena weekend. Terus, ada pengamen mainin la vien en rose! Ya ampun! Cocok banget sama suasananya!"







V: "Aaaaah lagu itu banyak versinya, lo suka versi originalnya kah?"
C: "Gue suka versi si bapak pengamen, ahahahaha! Jadi pengen jalan gandengan sama....Pohon!"







V: "Ahahaha! Kalau misalnya nih Reul, ada salah satu anggota kelompok PENCAVIER (PENgamat CeritA-cerita VIERa!) yang pengen ke Jerman atau Stuttgart, lebih tepatnya, ada do & dont's nya?"
C: "Rajin ngecek cuaca dan temperatur, apalagi kalau lagi pergantian musim begini, suka labil! Suhu setiap kota juga nggak sama, jadi kalau bisa cek temperaturnya bener-bener spesifik. Belilah tiket transportasi sebagaimana mestinya, ahahahahah! Abis tiket kan suka nggak ada yang ngecek gitu, petugasnya random aja ngeceknya. Nggak ada palang pintu masuk kereta, masuk-masuk aja bebas. Nah, masalahnya kadang si petugas ini nggak pake seragam, tampilannya kaya penumpang biasa aja. Gue nggak pernah kena periksa sih, sampe beberapa hari yang lalu, kaget juga liat penampakannya, untung punya tiket semesteran."







V: "Hoooo. Rencana satu tahun ke depan apa Reul?"
C: "Menyelesaikan kuliah dan bekerja. Nyobain kerja di sini, ceritanya kemaren gue abis interview, doakan ya Pe!"







V: "Aaaah kamu keren sekali Reul! Semoga sukses ya! Last question nih Reul , hal apa yang paling disyukuri sama lu sampai detik ini?"
C: "Punya kesempatan bergerak dan melihat lebih banyak. Melihat apapun."
V: "Aaaaah thank you for your time Kereul!"



Soooo, buat temen-temen kelompok PENCAVIER (PENgamat CeritA-cerita VIERa!) yang lagi melancong ke Jerman, bolehlah ketemu sama si Jeung Kereul yang satu ini! Sekalian titip kerupuk juga kali ya???




Sumber foto.

1 komentar:

  1. Anonim4.7.13

    keren. banget.
    kalau someday gue lanjut kuliah atau kerja di luar negeri juga, harus siap untuk menyisihkan uang jajan supaya bisa beli kerupuk nih. aaaaa.

    BalasHapus